BAB II
MERENUNGKAN KEKUASAAN
ALLAH SWT
DAN MENGGAPAI RAHMATNYA
Kompetensi Dasar
3.2 Menganalisis isi kandungan QS. asy-Syams (91): 1 -10, QS. Ali Imran (3): 190
4.2.1 Mendemonstrasikan hafalan QS. asy-Syams (91): 1 -10, QS.
Ali Imran (3): 190, dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
4.2.2 Mengolah fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah sebagaimana dalam QS. asy-Syams (91): 1 -10, QS. Ali Imran (3): 190 dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
عن أبى هريرةعن النبي
لَمَّا
خَلَقَ اللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ وَهُوَ يَكْتُبُ عَلَى نَفْسِهِ
وَهُوَ وَضع عِنْدَهُ عَلَى اْلعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ Tentang kekuasan dan rahmat Allah Swt
Indikator Pencapaian Kompetensi
Dasar
3.2.2
Menjelaskan isi kandungan QS. asy-Syams (91): 1 -10, QS. Ali Imran (3): 190,
dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
3.2.3
Menentukan isi kandungan QS. asy-Syams (91): 1 -10, QS. Ali Imran (3): 190, dan
hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
3.2.4
Membandingan isi kandungan QS. asy-Syams (91): 1 -10, QS. Ali Imran (3): 190,
dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
3.2.5
Menilai sikap yang sesuai dengena isi kandungan QS. asy-Syams (91): 1 -10, QS.
Ali Imran (3): 190, dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
3.2.6
Merencanakan sikap yang sesuai dengan isi kandungan QS. asy-Syams (91): 1 -10,
QS. Ali Imran (3): 190, dan hadis riwayat Bukhari dari Abu 4.2.1 Menghafal QS.
asy-Syams (91): 1 -10, QS. Ali Imran (3): 190, dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
4.2.2
Mengolah fenomena sosial dan alam sebagai bukti kekuasaan Allah sebagaimana
dalam QS. asy-Syams (91): 1 -10, QS. Ali Imran (3): 190 dan hadis riwayat
Bukhari dari Abu Hurairah
A.
Isi kandungan QS. asy-Syams (91):1-10
Surat Asy Syams
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
1.
وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ
wasy-syamsi wa ḍuḥāhā
Demi matahari dan
sinarnya pada pagi hari,
2.
وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ
wal-qamari iżā talāhā
demi bulan apabila
mengiringinya,
3.
وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ
wan-nahāri iżā jallāhā
demi siang apabila
menampakkannya,
4.
وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ
wal-laili iżā yagsyāhā
demi malam apabila
menutupinya (gelap gulita),
5.
وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ
was-samā`i wa mā banāhā
demi langit serta
pembinaannya (yang menakjubkan),
6.
وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ
wal-arḍi wa mā ṭaḥāhā
demi bumi serta
penghamparannya,
7.
وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ
wa nafsiw wa mā sawwāhā
demi jiwa serta
penyempurnaan (ciptaan)nya,
8.
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ
fa al-hamahā fujụrahā wa taqwāhā
maka Dia mengilhamkan
kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
9.
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ
qad aflaḥa man zakkāhā
sungguh beruntung
orang yang menyucikannya (jiwa itu),
10.
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ
wa qad khāba man dassāhā
dan sungguh rugi orang
yang mengotorinya.
Tujuh Fenomena alam yang menakjubkan
Pada awal surah
asy-Syams ayat 1-7, Allah Swt. menunjukkan sebagian dari betapa luar biasa
ciptaan-Nya: matahari, bulan, siang, malam, langit, bumi, dan jiwa manusia.
Semuanya berjalan teratur dalam hukum yang telah ditentuka-Nya (sunnatullah),
yaitu:
- “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari” yakni sinarnya, yaitu waktu naiknya setelah munculnya, yakni, cahayanya dan manfaat yang bersumber darinya. Sedangkan Qatadah mengatakan: wadluhaaHaa (“Pada pagi hari”) yakni siang secara keseluruhan. Ibu Jarir mengatakan bahwa yang benar adalah dengan mengatakan: “Allah bersumpah dengan matahari dan siangnya, karena sinar matahari yang paling tampak jelas adalah pada siang hari”.
- “Dan bulan apabila mengiringinya” “Yakni
mengikutinya.” yaitu, ketika matahari tenggelam, bulan muncul. Sedangkan
Qatadah mengatakan: “Yakni jika mengikutinya pada malam bulan purnama,
jika matahari tenggelam maka rembulan akan muncul. Ibnu Zaid mengatakan:
“Bulan mengikutinya pada pertengahan pertama setiap bulan. Kemudian
matahari mengikutinya, dimana bulan mendahuluinya pada pertengahan
terakhir setiap bulan.”
- “Dan siang apabila menampakkannya” yakni siang
apabila terang benderang.” dengan siang ketika nampak jelas dengan cahayanya
dan sinarnya dan menyingkap kegelapan.
- “Dan malam apabila menutupinya” Yakni jika
malam menutupi matahari, yaitu saat matahari terbenam sehingga seluruh
ufuk menjadi gelap.
- “Dan langit serta pembinaannya” “yaitu langit
dan pembangunannya, peninggiannya yang demikian hebat yang amat sempuna
indah.
- “Dan bumi serta penghamparannya”, yakni Allah
Swt. Membentangkan dan memperluasnya sehingga memungkinkan seluruh makhluk
untuk memanfaatkan bumi dengan berbagai seginya
- “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)”, yakni
penciptaan yang sempurna lagi tegak pada fitrah yang lurus.
- “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya)” Yakni Allah mengenalkan dan
memahamkannya tentang ketakwaan dan kebaikannya, dan kefasikan dan keburukan.
Sumpah Allah Swt.
Setelah Allah Swt.
bersumpah dengan hal-hal (ciptaan-Nya) di atas, ayat 9 dan 10 surah asy-Syams
ini menjelaskan apa yang hendak ditekankan Allah Swt. dengan sumpah-sumpah di
atas, yaitu:
a. Sungguh
beruntung dan akan meraih segala apa yang diharapkannya siapa yang menyucikan
jiwa dan mengembangkan dirinya. Siapa saja yang berusaha untuk menyucikan,
memperbaiki, dan mengisi jiwa dengan memperbanyak amalan ketaatan dan kebaikan,
serta menjauhi segala keburukan, maka pastilah dia akan beruntung. Berarti
beruntunglah orang yang mensucikan dirinya, yakni dengan menaati Allah Swt.,
dan membersihkannya dari aklak tercela dan berbagai hal yang hina.
b. “Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.” yakni mengotorinya, dengan membawa dan
meletakkannya pada posisi menghinakan dan menjauhkan dari petunjuk sehingga dia
berbuat maksiat dan meninggalkan ketaatan kepada Allah. Dan mungkin juga
mempunyai pengertian: Dan merugilah orang-orang yang jiwanya dibuat kotor
oleh-Nya.
Orang yang
bermaksiat, artinya dia telah menutupi jiwanya yang mulia dengan melakukan
berbagai macam dosa, menguburnya dengan berbagai hal yang rendah dan hina,
menghancurkan dan merusaknya dengan melakukan berbagai hal yang tercela,
sehingga jiwanya pun menjadi jiwa yang rendah dan hina. Sehingga dengan hal
itu, jiwa tersebut berhak mendapatkan kesengsaraan dan kerugian (di akhirat).
Zaid bin Argam berkata: “Rasulullah Saw. pernah mengajarkan doa kepada kami dan kami pun mempelajarinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak pernah khusyu’ dan dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan juga ilmu yang tidak bermanfaat serta doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim).
B. Isi kandungan QS. Ali Imran: 190
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ
وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
inna fī khalqis-samāwāti
wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri
la`āyātil li`ulil-albāb
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
Sesungguhnya di dalam
penciptaan langit dan bumi, dari tidak ada menjadi ada serta tanpa ada contoh
sebelumnya, dan di dalam pergantian malam dan siang serta perbedaan panjang dan
pendeknya waktu, benar-benar terdapat bukti-bukti nyata bagi orang-orang yang
berakal sehat yang menunjukkan mereka kepada Sang Maha Pencipta alam semesta,
hanya Dia yang berhak disembah.
Buya Hamka dalam
Tafsir Al Azhar menjelaskan, melalui Surat Ali Imran ayat 190, Allah
mengarahkan hamba-Nya untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Dia mengarahkan
agar hamba-Nya mempergunakan pikirannya dan memperhatikan pergantian antara
siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
Orang yang mampu memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah Swt, mereka itulah ulul albab. Yang menurut Ibnu Kasir, mereka adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi memiliki kecerdasan
C. Isi Kandungan Hadis Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah
Rahmat Allah melebihi murka-Nya
عن أبى هريرةعن النبي ص. م
لَمَّا خَلَقَ
اللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ وَهُوَ يَكْتُبُ عَلَى نَفْسِهِ وَهُوَ وَضع
عِنْدَهُ عَلَى اْلعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
Dari Sahabat Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw. bersabda, “Tatkala Allah menciptakan para makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari)
Hadis di atas menjelaskan bahwa rahmat Allah Swt. lebih
dahulu ada dan lebih luas daripada murka-Nya. Hal itu disebabkan rahmat Allah Swt. adalah sifat yang
sudah melekat pada diri-Nya dan diberikan kepada makhluk-Nya tanpa sebab apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar